Wednesday 4 May 2011

Mengangkat Tangan Adalah Sunnah dan Adab sewaktu berdo’a

Mengangkat Tangan Adalah Sunnah dan Adab Sewaktu berdo’a

A. Hukum mengangkat tangan ketika Berdoa
Golongan sesat anti madzab membid’ahkan mengangkat kedua tangan waktu berdo’a. Sebenarnya ini sama sekali tidak ada larangan dalam agama, malah sebaliknya ada hadits bahwa Rasulallah saw. mengangkat tangan waktu berdo’a. Begitupun juga ulama-ulama pakar dari berbagai madzhab (Hanafi, Maliki , Syafi’i dan lain sebagainya) selalu mengangkat tangan waktu berdo’a, karena hal ini termasuk adab atau tata tertib cara berdo’a kepada Allah swt.
B. Dalil-Dalil  Mengenai mengangkat tangan ketika Berdoa
1. Hadits Riwayat Abu dawud
Sa’ad bin Abi Waqqash ra.berkata: Kami bersama Rasulallah saw. keluar dari Makkah menuju ke Madinah, dan ketika kami telah mendekati Azwara, tiba-tiba Rasulallah saw. turun dari kendaraannya, kemudian mengangkat kedua tangan berdo’a sejenak lalu sujud lama sekali, kemudian bangun mengangkat kedua tangannya berdo’a, kemudian sujud kembali, diulanginya perbuatan itu tiga kali. Kemudian berkata: ‘Sesungguhnya saya minta kepada Tuhan supaya di-izinkan memberikan syafa’at (bantuan) bagi ummat ku, maka saya sujud syukur kepada Tuhanku, kemudian saya mengangkat kepala dan minta pula kepada Tuhan dan diperkenankan untuk sepertiga, maka saya sujud syukur kepada Tuhan, kemudian saya mengangkat kepala berdo’a minta untuk ummatku, maka diterima oleh Tuhan, maka saya sujud syukur kepada Tuhanku’. (kitab Tarjamah Riyaadus Shalihin jilid 2, H.Salim Bahreisj cetakan keempat tahun 1978)
Dalam hadits ini menerangkan bahwa Rasulallah saw. tiga kali berdo’a sambil mengangkat tangannya setiap berdo’a, dengan demikian berdo’a sambil mengangkat tangan adalah termasuk sunnah Rasulallah saw.
2. Hadits Riwayat Abu Daud
Dari Ibnu Abbas ra., katanya : “Jika kamu meminta (berdo’a kepada Allah swt.) hendaklah dengan mengangkat kedua tanganmu setentang kedua bahumu atau kira-kira setentangnya, dan jika istiqhfar (mohon ampunan) ialah dengan menunjuk dengan sebuah jari, dan jika berdo’a dengan melepas semua jari-jemari tangan”. (Kitab Tarjamah Fiqih Sunnah Sayid Sabiq,  jilid 4 cetakan pertama tahun 1978 halaman 274-275, PT Alma’arif, Bandung Indonesia).
Malah dalam hadits ini, kita diberi tahu sampai dimana batas sunnahnyamengangkat tangan waktu berdo’a, dan waktu mengangkat tangan tersebut disunnahkan dengan menunjuk sebuah jari waktu mohon ampunan, melepas semua jari-jari tangan (membuka telapak tangannya) waktu berdo’a selain istiqfar.
3.  Hadis yang diriwayatkan dari Malik bin Yasar
Bahwa Rasulallah saw. bersabda : “Jika kamu meminta Allah, maka mintalah dengan bagian dalam telapak tanganmu, jangan dengan punggungnya !” Sedang dari Salman, sabda Nabi saw : “Sesungguhnya Tuhanmu yang Mahaberkah dan Mahatinggi adalah Mahahidup lagi Mahamurah, ia merasa malu terhadap hamba-Nya jika ia menadahkan tangan (untuk berdo’a) kepada-Nya, akan menolaknya dengan tangan hampa”. (Kitab Tarjamah Fiqih Sunnah Sayid Sabiq,  jilid 4 cetakan pertama tahun 1978 halaman 274-275, PT Alma’arif, Bandung Indonesia).
Lihat hadits ini Allah swt. tidak akan menolak do’a hamba-Nya waktu berdo’a sambil menadahkan tangan kepadaNya, dengan demikian do’a kita akan lebih besar harapan dikabulkan oleh-Nya!
4. Hadits yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim
Dari Anas bin Malik ra. menuturkan : “Aku pernah melihat Rasulallah saw.mengangkat dua tangan keatas saat berdo’a sehingga tampak warna keputih-putihan pada ketiak beliau”. (Kitab Tarjamah Fiqih Sunnah Sayid Sabiq,  jilid 4 cetakan pertama tahun 1978 halaman 274-275, PT Alma’arif, Bandung Indonesia).
Masih ada hadits yang beredar mengenai mengangkat tangan waktu berdo’a. Dengan hadits-hadits diatas ini, cukup buat kita sebagai dalil atas sunnahnyamengangkat tangan waktu berdo’a kepada Allah swt. Bagi saudaraku muslim yang tidak mau angkat tangan waktu berdo’a, silahkan, tapi janganlah mencela atau membid’ahkan saudara muslim lainnya yang mengangkat tangan waktu berdo’a !. Karena mengangkat tangan waktu berdo’a adalah sebagai adab atau sopan santuncara berdo’a kepada Allah swt. dan hal ini diamalkan oleh para salaf dan para ulama pakar (Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Imam Ahmad –radhiyallahu ‘anhum– dan para imam lainnya).
C. Kesimpulan
Janganlah kita cepat membid’ahkan sesuatu amalan karena membaca satu hadits dan mengenyampingkan hadits lainnya. Semuanya ini amalan-amalan sunnah, siapa yang mengamalkan tersebut akan dapat pahala, dan yang tidak mengamalkan hal tersebut juga tidak berdosa. Karena membid’ahkan sesat sama saja mengharamkan amalan tersebut.
Rujukan :
Telaah kritis atas doktrin faham Salafi/ Wahabi, Bab IV.
-   Tarjamah Riyaadus Shalihin jilid 2, H.Salim Bahreisj,  cetakan keempat tahun 1978
-          Tarjamah Fiqih Sunnah Sayid Sabiq,  jilid 4 cetakan pertama tahun 1978 halaman 274-275, PT Alma’arif, Bandung Indonesia

No comments:

Post a Comment